KATEGORI

Minggu, 13 Oktober 2013

Solusi Krisis Energi apakah juga menambah pemanasan Global???

Indonesia adalah salah satu negara berkembang, yang pastinya sangat banyak membutuhkan energi listrik terutama untuk memenuhi kebutuhan industri, pelayanan masyarakat, dan pembangunan infrastruktur lainnya. Pernyataan bahwa krisis listrik nasional dalam kurun waktu tahun 2000 hingga saat ini, membuat pemerintah dalam hal PLN harus bergerak cepat. Dan akibat konsumsi energi tersebut kian meningkat karena "agak" sulit diatasi, maka pemerintah berencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan menggunakan bahan bakar batubara.
Dengan sumber daya batubara sekitar 7,3 milyar ton atau sekitar 17% dari total sumber daya batubara yang dimiliki indonesia, salah satu PT milik negara yakni PT Tambang Bukit Asam Tbk. 
telah mewujudkan dengan terbentuknya PT Bukit Pembangkit Innovatif untuk mengoperasikan PLTU mulut tambang berkapasitas 2x100 MW di banjarsari.

Dilihat dari besarnya jumlah produksi batubara di indonesia, dan dengan harga bahan baku batubara yang nyatanya lebih murah di banding minyak bumi, tak ayal jika ditetapkannya batubara sebagai salah satu solusi penanganan kritis energi nasional untuk mengurangi pemakaian BBM.
Akan tetapi solusi ini akan berakibat mengancam dan menimbulkan dampat lingkungan yang buruk jika tidak di tanggulangi dengan baik, yaitu sumber gas rumah kaca.
Meskipun pada dasarnya efek rumah kaca  itu sangat di butuhkan oleh seluruh penghuni bumi, karena jika tanpa adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan terasa sangat dingin, sebab suhu permukaan bumi akan 33 derajat celcius lebih dingin, sehingga perukaan bumi akan tertutupi oleh lapisan es. Namun jika berlebihan akan menimbulkan panas yang menimbulkan pemanasan global.
Berikut Metana, yang juga merupakan komponen gas alam berikut gas rumah kaca. ia merupakan insulator yang efektif, yang mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan karbondioksida. Dan metana inilah yang di lepaskan selama produksi dan transportasi batubara.
Sumber-sumber emisi karbondioksida secara global dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara):
  • 36% dari industri energi
  • 27% dari sektor transportasi
  • 21% dari sektor industri
  • 15% dari sektor rumah tangga dan jasa
  • 1% dari sektor lain-lain
Data diatas belum termasuk hasil dari pembalakan hutan liar. 

Salah satu fungsi tumbuhan yaitu sebagai penyerap karbondioksida, dan mengubahnya menjadi oksigen. Namun saat  ini, indonesia dinyatakan telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Laju kerusakan hutan di indonesia, menurut data dari forest watch indonesia (2001) sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, antara lain perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan kerusakan tersebut, tentu saja proses penyerapan karbondioksida tidak dapat optimal. Hal inilah yang mengakibatkan dampak pemanasan Global.
Belakangan ini, sudah ada program go green yang sebenarnya sangat baik untuk pembaharuan alam. namun nyatanya, masyarakat masih kurang perduli bahkan memandangnya dengan sebelah mata. akhirnya, slogan-slogan tersebut akan menjadi pajangan-pajangan menyedihkan yang menggambarkan ketidaksimbangan alam dengan cita-cita. Akibatnya, kehancuran alam semakin menjadi-jadi, hujan tidak bisa di tampung sebab penyerapan yang tidak stabil, sehingga banjir terjadi dimana-mana.

Sumber:
www.indonesia.go.id/in/bumn/pt-tambang-batubara-bukit-asam-tbk
www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/
id.wikipedia.org/wiki/Gas-rumah-kaca
hzhadyan1412.blogspot.com/2011/12/efek-rumah-kaca-penyebab-dampak-dan.html
www.anneahira.com/penebangan-hutan.htm
www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global